- Back to Home »
- Perbandingan antar merk »
- Perbandingan antar merk
Posted by : Unknown
Sabtu, 23 November 2013
Perbandingan antar merk
Dua merk terkenal dalam dunia fotografi adalah Canon dan Nikon. Banyak yang menanyakan perbandingan antar dua merk tersebut.Menurut saya, sulit untuk membandingkan performa kamera dua merk tersebut. Kenapa? Karena kamera adalah produk yang terus menerus diperbaiki dan keluar tipe baru, sehingga sulit untuk meng-generalisasi karakteristik kamera masing-masing merk. Keadaan saat Anda membaca artikel ini mungkin sudah berbeda daripada saat saya menuliskannya (September 2012).
Secara umum, bisa saya katakan bahwa:
Canon itu lebih mudah (dan murah): cara menggunakannya lebih mudah, harganya cenderung lebih murah (terutama lensa), demand dan supply di pasar barang bekas pun lebih banyak (lebih mudah jika Anda mencari barang 2nd, atau ingin menjual gear Anda).
Pada saat artikel ini dituliskan, Canon dikabarkan menggunakan sensor yang sama untuk kamera tipe 550D, 600D, 60D, hingga 7D. Sehingga membeli 7D belum tentu menghasilkan foto yang lebih bagus daripada jika Anda membeli 550D. (Tentu saja, fitur lain selain sensor/kualitas gambar lebih baik di 7D)
Nikon secara umum mempunyai kualitas lebih baik, tapi juga lebih sulit dalam penggunaan, dan lebih mahal dalam harga. Sebagai perbandingan, kualitas sensor 550D (yang katanya sama dengan sensor 7D) sebanding dengan kualitas sensor D3100 menurut snapsort.com. Nikon D5100 mempunyai sensor yang sama dengan D7000 (yang juga sama dengan Pentax K-5, Sony A580, Sony A35, dan NEX 5N, setahu saya), dengan performa yang luar biasa. Nikon D3200 menurut snapsort.com adalah kamera dengan performa sensor terbaik kedua di kelas APS-C (kalah hanya oleh Pentax K-5, yang entah kenapa bisa mempunyai performa di atas “kembaran”nya yang lain).
Tapi Nikon juga termasuk yang sulit digunakan, dengan tombol shortcut yang jauh lebih sedikit daripada Canon dan penggunaan yang membutuhkan pemahaman/pengalaman lebih (untuk menggunakan auto ISO, misalnya, kita harus mengaktifkannya terlebih dahulu di menu). Nikon juga tergolong tidak ramah bagi lensa-lensa manual, karena tipe-tipe kamera entry levelnya tidak mampu mengukur exposure saat menggunakan lensa manual, sehingga kita terpaksa menggunakan mode Manual. (Merk lain bisa menggunakan mode Aperture priority, di mana shutter speednya ditentukan kamera secara otomatis).
Faktor yang paling menghambat orang memilih Nikon mungkin adalah harga lensanya. Lensa Nikon terbagi menjadi dua tipe: AF-S dan AF-D; AF-S mempunyai motor di lensa, sedangkan AF-D tidak. Karena itu, lensa AF-D akan menjadi lensa manual fokus jika digunakan di kamera yang tidak mempunyai motor (entry level: D3xxx dan D5xxx). Jika Anda membeli kamera Nikon entry level, maka Anda “harus” membeli lensa AF-S jika ingin autofokus; harga lensa AF-S ini lebih mahal daripada lensa AF-D (dan lensa merk lain). Seberapa jauh bedanya? Lebih baik Anda periksa sendiri di situs toko kamera kepercayaan Anda :)
Selain Canon dan Nikon, sebenarnya ada juga merk lain.
Sony SLT menurut saya bisa ditempatkan di antara Nikon dan Canon. Kualitas sensornya di atas Canon, walaupun untuk kondisi gelap masih kalah dengan Nikon (karena cermin transparan yang digunakan di teknologi SLT). Harga lensa juga berada di antara Canon dan Nikon (AF-S), dengan kualitas yang kira-kira berada di tengah-tengah juga. Kemudahan untuk menggunakan juga hanya sedikit di bawah Canon, dengan jumlah tombol shortcut yang juga banyak (namun tidak sebanyak Canon).
Salah satu kelebihan SLT menurut saya adalah di electronic viewfindernya. Dengan EVF ini, jendela bidik bukan berupa pantulan dari apa yang terlihat melalui lensa, tapi berupa LCD yang menunjukkan simulasi hasil akhir foto. Sehingga, jika Anda mengubah exposure, white balance, dsb, maka efeknya bisa langsung terlihat di viewfinder/jendela bidik. Selain itu, Anda juga bisa melihat histogram secara langsung di jendela bidik. Juga, LCDnya bisa di-zoom sehingga akurasi fokusing manual bisa sangat tinggi. Di tipe-tipe yang baru bahkan ada focus peaking, di mana LCD akan mewarnai bagian-bagian foto yang tajam/terfokus, sehingga tidak perlu men-zoom malah.
Anda juga bisa menggunakan lensa-lensa Minolta jaman dulu yang mempunyai kualitas bagus dengan harga yang murah.
Sony NEX cukup unik menurut saya karena bukan kamera besar tapi mempunyai ukuran sensor yang sama. Karena tidak menggunakan cermin transparan, performa sensornya bisa dibilang sebanding dengan Nikon. Hanya saja, kemudahan penggunaannya juga mirip Nikon, karena sedikitnya tombol shortcut. Selain itu, NEX (kecuali seri yang mahal sekali) tidak bisa dipasangi flash selain flash bawaan.
Lensa NEX juga tergolong lebih mahal daripada SLT atau merk lain, dengan kualitas yang hanya standar. Jika menginginkan lensa NEX dengan kualitas bagus, Anda perlu mengeluarkan uang lebih (lumayan signifikan). Tapi pada saat artikel ini ditulis, sedang ada gosip akan keluar beberapa lensa NEX varian baru; harganya masih berupa tanda tanya, tapi.
Pentax secara kualitas, Pentax bisa dibilang merk dengan kualitas paling tinggi. Kemudahan penggunaan mirip dengan Sony, namun harga lensa jauh lebih mahal, dengan varian yang lebih sedikit (dan langka di pasar). Harga dan kelangkaan lensa ini satu-satunya hal yang membuat saya enggan memilih Pentax. Secara kualitas dan fitur, Pentax sangat menawan :)
Micro four thirds (Olympus / Panasonic) mungkin adalah kali pertama beberapa produsen kamera menggunakan standar yang sama dalam kamera dan lensanya, sehingga kamera Olympus m4/3 bisa menggunakan lensa Panasonic, dan sebaliknya. M4/3 ini menggunakan sensor dengan ukuran yang lebih kecil daripada DSLR biasa, sehingga mayoritas kamera (dengan harga terjangkau) masih mempunyai performa di bawah DSLR kebanyakan. Kamera-kamera m4/3 baru (dengan harga yang relatif masih sangat mahal) bisa menghasilkan foto dengan kualitas yang tidak kalah dengan DSLR biasa.
Lensa m4/3 ini cenderung mempunyai kualitas di atas rata-rata (terutama untuk lensa prime/fix nya), namun dengan harga yang di atas rata-rata juga. Kemudahan penggunaan bervariasi, tergantung tipe dan level kameranya. Salah satu hal yang mungkin jadi faktor minus adalah, karena ukuran sensor yang lebih kecil, bokeh yang dihasilkan juga cenderung kurang dalam hal intensitas (tidak se-blur di DSLR APS-C, apalagi fullframe).
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))