- Back to Home »
- Mengatur diafragma dan kecepatan shutter dalam mode manual »
- Mengatur diafragma dan kecepatan shutter dalam mode manual
Posted by : Unknown
Minggu, 24 November 2013
Mengatur diafragma dan kecepatan shutter dalam mode manual
Manual mode (dilambangkan dengan huruf
M) pada kamera digital disediakan bagi mereka yang ingin berkreasi
dengan eksposure dalam fotografi. Intinya, kendali akan nilai shutter
dan diafragma yang digunakan, sepenuhnya ditentukan oleh sang juru
potret. Tidak seperti mode lain (P/A/S) yang menjadikan light-meter
kamera sebagai penentu referensi eksposure yang tepat, pada mode M ini light-meter
hanya menjadi indikator seberapa banyak eksposure yang kita tentukan
mendekati eksposure yang dianggap tepat oleh kamera.Tantangan yang
dihadapi dengan memakai mode manual ini hanya dua : kalau kita salah
menentukan eksposure, hasil foto bisa menjadi under-exposed
(terlalu gelap) atau justru menjadi over-exposed (terlalu
terang). Tujuan fotografi yang baik tentu menghindari adanya over atau
under pada sebuah foto yang mana perlu adanya kendali akan eksposure
yang tepat dan teliti.
Sekedar mengingat tulisan
saya terdahulu soal optimalkan fitur manual pada kamera, bukaan
diafragma dan kecepatan shutter memegang peranan utama dalam
menentukan nilai eksposure. Diafragma menentukan seberapa banyak
intensitas cahaya yang dibolehkan untuk masuk ke kamera secara
bersamaan, sementara shutter menentukan seberapa lama cahaya
mengenai sensor sebelum foto diambil. Sebagai pedoman dalam fotografi,
dikenal istilah f-stop, yang intinya menyatakan
seberapa banyak penambahan atau pengurangan intensitas cahaya yang
memasuki kamera (Exposure value/Ev). Setiap kelipatan 1-stop
artinya kita menambah cahaya dua kali lipat dari nilai
stop sebelumnya, atau mengurangi cahaya setengah dari
nilai stop sebelumnya.
Pengaturan bukaan diafragma
Untuk dapat mengatur banyak sedikitnya
cahaya yang masuk melalui lensa, diafragma pada lensa kamera bisa
membuka dengan besaran diameter yang bisa dirubah. Besar kecilnya bukaan
diafragma dinyatakan dalam f-number tertentu, dimana f-number
kecil menyatakan bukaaan besar dan f-number yang besar
menyatakan bukaan kecil. Selain itu, secara karakteristik optik lensa,
bukaan besar akan membuat foto yang DOFnya sempit (background bisa
blur), dan bukaan kecil akan membuat DOF lebar (background tajam).
Saat
mengatur nilai diafragma (aperture), ingatlah bahwa setiap
stop ditandai dengan nilai f-number tertentu yang digambarkan
dalam deret berikut, urut dari yang besar hingga kecil :
f/1 – f/1.4
– f/2 - f/2.8 – f/4 –
f/5.6 – f/8 – f/11- f/16
– f/22 – f/32 dst
Sebagai contoh :
- jika kita berpindah 1-stop dari f/2 ke f/2.8, maka kita akan mengurangi setengah intensitas cahaya yang masuk ke kamera
- jika kita berpindah 1-stop dari f/8 ke f/5.6, maka kita akan menambah intensitas cahaya yang masuk ke kamera dua kali lipat dari sebelumnya
Perhatikan kalau kamera modern umumnya
memberi keleluasaan untuk merubah diafragma di skala yang lebih kecil,
dalam hal ini perubahan f-stop dilakukan pada kelipatan 1/2 hingga 1/3
f-stop sehingga bisa didapat banyak sekali variasi eksposure yang bisa
didapat dari mengatur nilai diafragma. Sebagai contoh, diantara f/5.6
hingga f/8 bisa terdapat f/6.3 dan f/7.1 yang memiliki rentang 1/3 stop.
Percobaan di bawah ini menunjukkan hasil
foto yang didapat dari variasi diafrgama, dengan sebuah foto referensi
di f/5.6 (nilai shutter dibuat tetap di 1/125 detik dan ISO
100). Tujuannya untuk melihat bagaimana efek dari merubah bukaan
diafragma terhadap eksposure foto yang dihasilkan. Terdapat 3 foto yang
over dengan kelipatan 1-stop dan 3 foto yang under dengan kelipatan
1-stop.
Dari contoh di atas tampak pada 3 stops
diatas referensi normal, foto tampak amat terang (over) yang ditandai
dengan banyaknya area yang wash-out (highlight-clipping).
Demikian juga pada 3 stops dibawah referensi normal, foto tampak amat
gelap (under).
Pengaturan kecepatan shutter
Sama halnya dengan diafragma, setelan
kecepatan shutter pun punya pedoman berupa deret yang mewakili
1-stop. Berikut adalah variasi kecepatan shutter dengan
kelipatan 1-stop, urut dari yang lambat hingga yang cepat ( d menyatakan
detik ) :
1d – 1/2d
- 1/4d – 1/8d – 1/15d
- 1/30d – 1/60d – 1/125d
– 1/250d – 1/500d – 1/1000d
Sebagai
contoh :
- jika kita berpindah 1-stop dari 1 detik ke 1/2 detik, maka kita akan mengurangi setengah intensitas cahaya yang masuk ke kamera
- jika kita berpindah 1-stop dari 1/60 detik ke 1/30 detik, maka kita akan menambah intensitas cahaya yang masuk ke kamera dua kali lipat dari sebelumnya
Percobaan di bawah ini menunjukkan hasil
foto yang didapat dari variasi kecepatan shutter, dengan
sebuah foto referensi di 1/125 detik (nilai diafragma dibuat tetap di
f/5.6 dan ISO 125). Tujuannya untuk melihat bagaimana efek dari merubah
kecepatan shutter terhadap eksposure foto yang dihasilkan.
Terdapat 3 foto yang over dengan kelipatan 1-stop dan 3 foto yang under
dengan kelipatan 1-stop.
Dari gambar di atas terlihat bahwa
semakin cepat shutter speednya, maka cahaya yang masuk ke dalam
sensor akan semakin kecil sehingga gambar menjadi lebih gelap. Begitu
juga sebaliknya untuk kecepatan yang semakin lambat, cahaya yang masuk
akan bertambah banyak sehingga gambar menjadi lebih terang. Dengan kata
lain, kita bisa menyatakan bahwa di 1/500 detik hasil fotonya under
exposed sebanyak 2 stops dan di 1/30 detik fotonya over exposed
sebanyak 2 stops.
Reciprocity
Maka itu dalam memakai mode manual, perubahan nilai diafragma tidak bisa mengabaikan nilai shutter dan sebaliknya. Artinya untuk mendapat eksposure yang tepat, baik diafragma dan shutter memegang peranan yang sama. Ada sebuah istilah penting dalam berkreasi dengan eksposure, yaitu reciprocity, dimana artinya adalah bagaimana setelan shutter dan diafragma harus saling berlawanan untuk meniadakan efeknya. Jadi bila kita mengekspos sensor dengan waktu yang lebih lama, maka secara di sisi yang lain kita mengecilkan bukaan diafragma untuk mengurangi cahaya yang masuk sehingga bisa mendapat eksposure yang sama. Prinsipnya sebuah eksposure konstan bisa didapat dari berbagai variasi nilai shutter dan diafragma, selama mempertahankan prinsip reciprocity ini.
Maka itu dalam memakai mode manual, perubahan nilai diafragma tidak bisa mengabaikan nilai shutter dan sebaliknya. Artinya untuk mendapat eksposure yang tepat, baik diafragma dan shutter memegang peranan yang sama. Ada sebuah istilah penting dalam berkreasi dengan eksposure, yaitu reciprocity, dimana artinya adalah bagaimana setelan shutter dan diafragma harus saling berlawanan untuk meniadakan efeknya. Jadi bila kita mengekspos sensor dengan waktu yang lebih lama, maka secara di sisi yang lain kita mengecilkan bukaan diafragma untuk mengurangi cahaya yang masuk sehingga bisa mendapat eksposure yang sama. Prinsipnya sebuah eksposure konstan bisa didapat dari berbagai variasi nilai shutter dan diafragma, selama mempertahankan prinsip reciprocity ini.
Untuk mencobanya, siapkan kamera anda
dan gunakan mode manual. Bila kamera sudah berada di nilai eksposure
yang tepat, coba naikkan diafragmanya 1 stop sehingga indikator
light-meter akan menunjukkan eksposure bergeser -1 stop.
Selanjutnya kurangi kecepatan shutternya 1 stop, tampak
indikator light-meter akan kembali ke nilai eksposure normal.
Begitulah cara kerja reciprocity, kalau yang satu ditambah,
satu lagi dikurangi, sehingga hasil akhirnya tetap sama.
Contoh diatas menunjukkan beberapa
variasi reciprocity yang memberi eksposure konstan. Dari
percobaan ini tampak bahwa untuk menjaga supaya eksposure tetap sama,
nilai diafragma dan shutter harus saling berlawanan. Bila
membuka diafragma besar (f/2), maka shutter harus dibuat cepat
(1/1000 detik). Bila mengecilkan diafragma (f/16), konsekuensinya shutter
harus dibuat lebih lama (1/15 detik). Inilah esensi dari prinsip reciprocity.
Perhatikan dengan bukaan diafragma besar (f/2 hingga f/2.8), didapat
foto yang punya background blur, sebaliknya dengan bukaan kecil
(f/11 hingga f/16) didapat background dan objek yang sama-sama
tajam.
:)) :)] ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} ~x( :-t b-( :-L x( =))